Halaman

Jumat, 24 Januari 2014

Sistem Ini 'Membunuhmu', Mblo


Status ada kaitannya dengan urusan negara. Simak secara mendalam, bukan ego kami yang berbicara, tapi nalar dan logika yang menunjukkan dengan gamblang bahwa jomblo juga bisa jadi urusan negara. Simak neh:


1. Masalah rendahnya penghasilan. Barangkali diantara kaum jomblo ada yang keinginan menikahnya baru sebatas mimpi, sebab sampe detik ini kalo dihitung-hitung penghasilannya nggak cukup untuk menghidupi keluarganya kelak. Dia sudah memutar otak, memeras keringat, membanting tulang, toh hasilnya segitu-gitu aja. Trus apa salah hamba. hikk.hiiik?

Ya, ada beberapa alternatif permasalahan dan pemecahannya. Coba kita amati, bisa jadi kita punya penghasilan rendah, karena mungkin kita nggak punya pekerjaan tetap-lah, skill kita terbatas-lah, hanya lulusan SD-lah, nggak punya modal usaha-lah, dan seterusnya. Kalo ini masalahnya, bisa disiasati dengan kecerdasan akal, kekerasan kita berusaha, dan keikhlasan kita menerimanya.

Tapi bisa jadi kita punya penghasilan rendah karena mungkin kita termasuk salah satu korban dari kemiskinan struktural. Gimana kita bisa buka usaha, sementara kita berasal dari ekonomi lemah? Gimana bisa, kita punya skill yang mumpuni atau bisa sekolah tinggi, kalo nenek moyang tujuh turunan kita dari keluarga fakir wal miskin?

Nah, bukannya mau nyari-nyari kesalahan diluar diri kita, atau berusaha ngeles dari kelemahan kita. Tapi ini fakta, riil terjadi di tengah masyarakat kita ada sebagian orang dengan kekayaannya, mereka bisa membeli apa aja yang mereka inginkan, tapi ternyata di sisi lain nggak sedikit masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok aja sudah harus menguras tenaga dan pikirannya. Itulah yang disebut kemiskinan struktural, alias orang memang dibikin miskin oleh sistem.

Apalagi sistem yang diterapkan di negeri kita adalah sistem kapitalistik-sekularistik, yang berpeluang tidak memanusiawikan manusia. Saat ada sebagian selebriti atau politisi kita sibuk belanja mewah di Singapura, tapi coba perhatikan ada juga saudara kita yang masih tidur di rumah kardus, makannya dari mengais sisa makanan di tong sampah, bajunya pun kotor dan kumel. Sungguh sebuah fenomena keterbalikan bukan?

Mblo, kita bukan mau manas-manasin kamu, tapi keinginan nikah kamu bisa terhalang karena kamu nggak punya penghasilan yang layak dan itu terjadi karena sistem. Makanya, udah saatnya kita tidak berdiam diri, kita harus ikut memperjuangkan hak kaum jomblo untuk menikah. Kaum jomblo bisa nikah, salah satunya kalo punya pekerjaan yang layak, dan pekerjaan yang layak itu salah satunya harus disediakan oleh Negara, sebagai pelayan rakyat. Betul tidak? *pake gaya 'aa gym

2. Sistem “menjebak” kita cinta dunia. Ada mungkin sebagian dari para kaum muda yang mabuk dengan urusan dunia, sehingga mengumbar hawa nafsu seenak perutnya, terutama nafsu terhadap lawan jenis. Karena mereka ngerasa enjoy di dunia nafsu binatang itu, mereka akhirnya emoh untuk meninggalkannya. Di sisi lain, ada yang berpikiran kalo nikah justru akan mengekang kebebasan mereka, “ya gini aja, lebih bebas nggak ada yang mengikat” itu mungkin kilah mereka. Bahkan ada sebagian mungkin terjerumus lebih dalam dengan hidup sesama jenis alias homo…hiih.. naudzubillah min dzalik.

Tapi anehnya Non, yang seperti itu dibiarkan bahkan diamini oleh Negara dengan alasan HAM. Tentu yang kayak gini nggak bisa dibiarkan aja, kita harus cepat bertindak, sebelum teman-teman kita atau anak cucu kita nanti ketularan. Eits.. tapi tunggu dulu, kita nggak boleh gegabah, main hakim sendiri karena kita bukan hakim, main pukul aja karena kita bukan tukang pukul atau pak polisi. Kita nggak bisa main bakar atau bom, karena emang seperti itu nggak boleh dan nggak dicontohkan oleh Islam. Trus apa yang bisa kita lakukan? Nah, bagus dech kalo ada yang tanya gitu.

Gini Sob, kita perlu cari akar masalahnya dulu, biar kita bisa kasih solusi. Secara sederhana mungkin bisa kita awali pembahasan pada masalah pribadi dan sosial. Misalnya begini, Sholat adalah masalah pribadi seseorang dengan Allah, sementara masalah seperti perzinaan, perkosaan, homo, lesbi, dan sejenisnya adalah masalah sosial. Kalo orang nggak sholat, siapa yang rusak? Orang itu sendiri khan? Tapi coba kalo orang berzina atau perkosaan, siapa yang “dirugikan”? Pasti ada orang lain yang ikut merugi khan? Nah, bayangin kalo “proses” merugikan (kalo nggak bisa dikatakan, merusak) orang lain, itu berlangsung terus menerus dan terjadi pembiaran, mungkin awalnya yang rusak 1 keluarga, akhirnya 1 kampung, lama-lama se-kota bahkan satu negara bisa hancur gara-gara dibiarkan tadi.

Okelah, kalo nggak boleh dibilang “dibiarkan”, coba sekarang aturan atau regulasi yang ada misalnya yang mengatur perzinaan, tegas nggak? adil nggak? menyelesaikan nggak? Gimana bisa dikatakan tegas bin adil kalo yang selalu kena razia hanya para WTS di pinggir jalan, sementara yang kelas kakap yang dapat ijin di kompleks lokalisasi, malah dilestarikan? Gimana bisa dikatakan menyelesaikan masalah perzinaan, kalo kondom di jual bebas, bahkan remaja-remaja disediakan ATM kondom?

Bagi orang yang berpikiran waras, pasti bisa berpikir jernih kalo masalah sosial yang bisa ngasih regulasinya adalah negara melalui seperangkat undang-undang. Ya udah, berarti negara melalui para penyelenggaranya kita musti ingatkan, kalo aturan yang selama ini mereka bikin dan diterapkan untuk kita, nggak pernah bisa menyelesaikan masalah, malahan muncul masalah-masalah baru. Kalo mereka mau contoh undang-undang sekaligus pemerintahan yang bisa menyelesaikan problematika umat, maka contolah apa yang pernah Rasulullah Saw dan para khalifah-nya terapkan.

“Siapa yang bekerja untukku dalam keadaan tidak beristri, hendaklah menikah; atau tidak memiliki pelayan, hendaklah mengambil pelayan; atau tidak mempunyai rumah, hendaklah mengambil rumah; atau tidak mempunyai tunggangan (kendaraan), hendaknya mengambil kendaraan.” (HR Abu Dawud).

Hem…terlalu panjang, kalo musti dijelaskan satu per satu tentang masalah itu di buku ini, tapi sebagai peringatan hendaknya kita renungkan firman Allah :

“Dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah, bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. al Maidah 50).

Ok guys, kamu jadi ngeh khan kalo masalah jomblo ternyata jadi urusan negara juga? Makanya, nggak usah nekad berzina, atau kepikiran berzina meskipun statusmu jomblo. Kalo emang harus jaga status, tapi tetep juga jaga iman dan Islam kita. Biar kita bisa jadi jomblo yang selamat.

(dinukil dari buku BKKBN, Biar Kecil-Kecil Berani Nikah, karya @LukyRouf)

SUMBER

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Shalahuddin Fatih. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com